Monday, May 26, 2014

Peristiwa Israk Mikraj_al-Banna

Assalamualaikum ikhwah dan akhawat sekalian,
 
Kita panjatkan pujian dan syukur ke hadhrat Allah subhanahu wa ta’ala dan kita ucapkan selawat dan salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad saw, juga untuk seluruh keluarga dan sahabatnya, serta siapa sahaja yang menyerukan dakwahnya hingga ke hari kiamat.
 
Amma ba’du. Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
 
Kita bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan kesempatan berkumpul kepada kita dalam rangka acara peringatan agung dan tercinta, iaitu peringatan Isra’ Mi’raj.
 
Setiap tahun kita berkumpul di bulan Rajab yang mulia. Ia adalah bulan yang diberkati, waktu-waktunya merupakan kemuliaanrabbani’Barangsiapa yang berbuat baik, maka Allah akan menambah kebaikannya di dalamnya dan barangsiapa yang berbuat jahat, maka Allah akan membukakan pintu ampunan untuknya pada bulan yang diberkati ini.
 
Di sini saya tidak akan membahas kisah Isra’ dan Mi’raj secara terperinci kerana anda semua tentu sudah mendengar dan membacanya. Tetapi kita akan mengadakan ulasan singkat sahaja. 
 
Isra’ adalah perjalanan yang dilaksanakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, sedangkan Mi’raj’ adalah perjalanan samawiah’ yang dilaksanakan oleh baginda shalallahu ‘alayhi wa sallam dari Masjidil Aqsha ke langit paling tinggi.
 
Kedua-dua perjalanan ini dilaksanakan dalam satu malam dan dilaksanakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam sebagai manusia secara utuh. Kisah ini telah disinggung oleh Al-Qur’an dalam surah Al-Isra’.
 
Ada orang yang bersikap ragu terhadap kisah Isra’ dan bertanya,
 
“Apakah kisah tersebut sesuai dengan hukum-hukum Allah yang berlaku bagi makhluknya?
 
Mungkinkah manusia yang komposisinya terdiri dari daging dan darah serta memerlukan elemen-elemen material, dapat naik ke langit, padahal kita mengetahui bahwa di tempat tertentu terdapat ruang hampagas dan pada titik ketinggian tertentu sudah tidak terdapat oksigen?”
 
Saya pernah mengatakan kepada mereka,
“Ini adalah kekuasaan Allah yang meliputi segala sesuatu. Ia merupakan perkara yang mungkin dan tidak mustahil dalam logik kekuasaan Allah. Tetapi, perlu saya tanyakan juga, apakah kamu mengetahui seluruh ilmu Allah yang telah lalu mahupun yang akan datang?”
Ikhwan sekalian, pada kenyataannya, ilmu moden telah menyingkap rahsia itu dan bahwa manusia mempunyai unsur lain selain unsur material, iaitu unsur kejiwaan, yang disebut sebagai ‘alam ruh’ atau ‘alam kejiwaan’.
Sekalipun ilmu pengetahuan belum mampu menyingkap hakikat alam ini, tetapi ia telah sampai pada pengetahuan bahwa ruh dapat menguasai badan sehingga dapat menguasai, membatasi dan menundukkannya kepada hukum-hukumnya, bukan kepada hukum-hukum kebendaan.
Sebenarnya, beberapa kejadian boleh membuktikan perkara ini. Ada sebahagian penganut sufi di India yang mampu menguasai badannya dengan kekuatan ruhnya serta bertahan selama satu minggu. Kita juga mengenali akan adanya ‘hipnotis’, yang menjadikan ruh menguasai badan, sehingga ia berubah menjadi mata yang melihat.
Yang berlaku dalam kisah Isra’ Mi’raj adalah, bahwa Allah subhanahu wa ta’alamengurniakan kepada Nabi-Nya yang mulia ini kekuatan ruhani yang besar, sehingga menguasai badannya. Ini bukan bererti bahwa baginda diisra’kan dengan badan tanpa ruh, tetapi diisra’kan dengan ruh dan jasad.
 
Sebahagian orang bertanya-tanya, “Apakah hikmah Isra’ Mi’raj?”
 
Saya berkeyakinan bahwa Isra’ Mi’raj adalah bahan asas dalam kurikulum pentarbiyahan Ilahi. Ini adalah kerana Allah subhanahu wa ta’ala telah menyiapkan Rasul-Nya yang mulia agar menjadi penghulu para ‘murabbi’dan para pengajar. Maka baginda perlulah mempunyai kedudukan ilmu yang melebihi kedudukan-kedudukan yang dimiliki oleh manusia lainnya.
 
Oleh yang demikian, Allah mengelilingkan baginda di seluruh ceruk langit agar keimanan baginda merupakan keimanan yang berdasarkan :
 
a.      Penyaksian.
b.     Penglihatan.
 
dan tidak sekadar keimanan yang berdasarkan pada keyakinan dan teori.
 
Ada hikmah lain yang mengandungi nilai ketinggian dan kemuliaan.
 
Allah subhanahu wa ta’ala telah mewajibkan solat kepada kaum muslimin pada malam Isra’ Mi’raj. Allah tidak menghendaki kewajiban ini diperintahkan melalui wahyu sebagaimana  kewajiban-kewajiban lain, tetapi Dia mengundang Nabi-Nya yang mulia agar baginda dapat menjelaskan kepada manusia bahwa solat mempunyai nilai yang tinggi dan agung serta merupakan bahan asas dalam kurikulum pentarbiyahan Islam. Solat adalah :
 
1.     Kebersihan.
2.     Keaktifan.
3.     Kesihatan.
4.     Ilmu.
5.     Akhlak.
 
Saya kira, anda semua telah mengetahui bahwa ‘Hadits Tsulatsa’ (pertemuan selasa) kali ini mengambil tema Isra’ Mi’raj. Tema ini dibahas oleh para Ikhwan bukan sebagai kisah semata-mata, tetapi di satu sudut ia sebagai pelajaran dan di sudut yang lain sebagai pemacu kepada amal.
 
Sebagai kisah, cukuplah kita mendapatkan informasi yang dibawa oleh Al-Qur’anul Karim, 
 
“Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkati sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebahagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS Al-Isra’ : 1 )
 
Ayat ini mengandungi keterangan mengenai Isra’. Di antara makna yang dikandungnya bahwa ayat ini menyebut Masjidil Aqsha, padahal apabila ditinjau dari definisi masjid ketika itu, ia belum merupakan sebuah masjid, melainkan sekadar tempat ibadah.
Sebutan masjid yang digunakan oleh Allah dapat menjadi pembakar semangat bagi kaum muslimin untuk masjid ini iaitu :
a.      Menguasai tanah yang diberkati ini.
b.     Memperjuangkannya.
c.      Menjaganya jangan sampai terlepas dari tangan mereka.
Ini juga merupakan isyarat bahwa ia kelak menjadi masjid dan ia akan tetap demikian, sekalipun orang-orang kafir membencinya.
Semoga Allah memberikan pahala kebaikan kepada tamu Mesir yang agung, Sahibus Samahah Mufti Akbar (Amin Al Husaini) yang telah berulang kali mempertaruhkan darahnya agar Masjidil Aqsha ini tetap merupakan masjid.
Orang-orang Yahudi pernah menawarkan kepada beliau tebusan sebesar satu juta pound agar memberikan konsesi dengan menyerahkan tiga belas meter tanah di Masjidil Aqsha.
Beliau menjawab dengan keimanan mendalam :
“Demi Allah, andaikata kamu mampu mengumpulkan seluruh harta orang-orang Yahudi di dunia, niscaya aku tidak akan menyerahkan kepada kamu walaupun hanya setengah meter.”
Kenyataannya, ia merupakan salah satu mukjizat Islam dan sebab terjaganya Masjidil Aqsha, kerana Allah memudahkan orang-orang seperti Sahibus Samahah Mufti untuk mengambil sikap agung ini.
Sebagaimana yang telah disinggung tentang peristiwa Isra’, Allah juga menyinggung tentang peristiwa Mi’raj, di dalam firman-Nya, 
 
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (Iaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS An-Najm : 13-18)
 
Yang penting kita perhatikan tentang Isra’ dan Mi’raj adalah ramai manusia menganggap bahwa Isra’ dan Mi’raj merupakan peristiwa yang bertentangan dengan hukum-hukum alam, kerana perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain dengan jarak seperti ini merupakan suatu perkara yang mustahil berdasarkan kebiasaan.
Aduhai, masih cukup baik jika mereka berhenti sampai pada batas ini, namun ternyata lebih dari itu, mereka berkata,
“Baginda dinaikkan ke langit, lantas bagaimana baginda bernafas?”
Selama masa yang panjang mereka masih ragu terhadap peristiwa ini.
Para salaf pendahulu kita mempunyai jawaban atas pertanyaan ini dan jawaban mereka tetap sama iaitu :
 
“Sesungguhnya peristiwa ini adalah mukjizat yang berlaku di luar kebiasaan. Kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala boleh mewujudkan perkara-perkara semacam itu, dan itu merupakan sunnah-sunnah yang dikenali di kalangan orang-orang yang beriman.”
 
“Wahai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhan kamu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadian kamu dan menjadikan (susunan tubuh) kamu seimbang. Dalam bentuk apa sahaja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuh kamu.” (QS Al-lnfithar : 6-8)
 
Bahkan, kita katakan kepada orang-orang yang ragu tersebut :
“Mari berfikir sejenak! Apakah kamu telah mengetahui seluruh hukum yang berlaku di alam semesta?”
Kamu sendiri mengakui bahwa kamu belum mengetahui seluruh kekuatan yang tersimpan di alam semesta dan tidak mengetahui secara menyeluruh tentang hukum-hukum alam. Oleh kerana itu, anggap sahaja ini sebagai suatu perkara yang belum kamu ketahui ilmunya dan belum sampai kepada akal fikiran kamu.
“Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS Al-Isra’: 85)
 
Andaikata kamu memperhatikan sejarah penemuan-penemuan ilmiah, niscaya kamu ingat bagaimana setiap penemuan diikuti dengan penolakan dan pengingkaran. Kemudian akal manusia tunduk mengikuti hukum realiti setelah sebelumnya mengingkari dan menolak.
Kita juga mengatakan kepada mereka :
 
“Ilmu empirik yang kamu bergantung kepadanya telah membuktikan bahwa kekuatan kejiwaan boleh mempengaruhi jasad / fizikal, sehingga mampu memindahkannya dari satu tempat ke tempat lain dan mengangkatnya dari permukaan tanah. Jika manusia dengan kekuatan jiwanya mampu melakukan keajaiban-keajaiban itu, maka mustahilkah bagi Allah untuk memberikan kekuatan jiwa kepada Nabi-Nya, yang menguasai badan baginda yang mulia, sehingga badan tersebut berubah menjadi ruh murni dan badan ruhani ini menembusi bahan tersebut, kerana ia telah keluar dari ruang lingkup kebendaan kepada ruang lingkup ruhani.”
 
Semoga Allah merahmati ‘Asy-Syauqi’ yang mengatakan,
 
Dengan keduanya baginda diisra’kan ruh, ruhani dan cahaya.’
 
Mereka mengatakan :
 
“Sesungguhnya Musa alayhissalaam setelah selesai dari masa berbicara dengan Allah Yang Maha Tinggi, boleh mendengar rayapan semut dari jarak empat ‘farsakh’.” 
 
Maka, bagaimana pula menurut kamu jika perkara itu dalam keadaan tajalli’Bagaimana pula dengan Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallamsedangkan Allah subhanahu wa ta’ala telah bertajalli’ terhadap baginda dengan keruhanian yang sempurna.
 
Mustahilkah bagi baginda untuk menembusi batas-batas kebendaan. Jadi pada malam tersebut, ruh adalah yang berkuasa atas hakikat fizikal.
 
Ada satu kajian lain yang penting bagi kita, iaitu hikmah Isra’ dan Mi’raj.
 
Sebahagian orang bertanya, “Apa hikmah Isra’ Mi’raj?”
 
Menjawab pertanyaan ini, para Salaf pendahulu kita berkata,
 
“Allah berkehendak untuk memuliakan Nabi-Nya shalallahu ‘alayhi wa sallam, kerana itu Allah memanggil baginda dan membukakan di hadapannya kerajaan langit dan bumi.”
 
Kita katakan bahwa :
 
“Isra’ Mi’raj merupakan kemestian demi pembentukan keperibadian baginda shalallahu ‘alayhi wa sallam. Ini adalah kerana Allah subhanahu wa ta’ala telah :
 
1.     Mengutus baginda sebagai penghulu bagi seluruh orang yang beriman dan guru dari segala guru.
 
2.     Menjadikan baginda sebagai mata air jernih dan pemancar cahaya, iaitu cahaya ilmu dan petunjuk untuk semua makhluk.
 
Baginda adalah ‘dinamo’ yang akan memberikan tenaga untuk dunia secara keseluruhan, maka perlu diisi dengan sebanyak mungkin dari ilmu dan iman sedangkan ilmu dan iman yang paling kuat adalah apabila muncul dari kesaksian.
Oleh kerana itu, Allah memperlihatkan kepada baginda kerajaan langit dan bumi, agar baginda termasuk dalam golongan orang-orang yang yakin, sehingga :
a.     Iman baginda adalah iman yang berdasarkan kesaksian.
b.     Ilmu baginda adalah ilmu yang berdasarkan keyakinan pula.
“Dan kerana Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah kurniaan Allah sangat besar atasmu.” (QS An-Nisa’ : 113)
 
Jika Allah telah memperlihatkan kerajaan langit dan bumi kepada Ibrahim, maka Allah subhanahu wa ta’ala pun memperlihatkan kepada Nabi-Nya shalallahu ‘alayhi wa sallam kerajaan langit dan bumi tersebut, agar baginda menjadi salah seorang yang yakin, dengan bentuk yang lebih nyata dan lebih sempurna daripada yang dilihat oleh Ibrahim kerana baginda adalah penutup para Nabi dan sumber petunjuk bagi seluruh manusia.
 
“Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (QS Al-Furqan : 1)”
 
Ini yang pertama.
Yang kedua, dalam perjalanan ini, telah diwajibkan solat. Itu sebagai pernyataan mengenai keagungan kedudukan solat.
 
Allah subhanahu wa ta’ala hendak menyedarkan baginda mengenai ketinggian nilai solat, sebab itu Allah memerintahkannya secara langsung dari langit, agar :
 
1.     Menjadi pemakluman mengenai kuat dan agungnya keutamaan kewajiban ini.
2.     Manusia melihat ketinggian nilainya.
 
Barangsiapa yang telah menegakkan kewajiban ini, bererti ia telah menegakkan agama.
 
Ada hikmah ketiga, iaitu sebagai pelajaran.
 
Allah subhanahu wa ta’ala seolah-olah mengatakan kepada umat ini,
 
“Wahai umat Islam, yang Nabinya dikehendaki oleh Allah untuk menyaksikan seluruh alam ini sebagai penghormatan baginya, janganlah kamu menjadi ekor bagi umat lain, jangan menerima kehinaan, tetapi hendaklah kamu merasa tinggi, dan janganlah kamu berprasangka bahwa meneladani Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam itu hanya untuk satu aspek dengan mengabaikan aspek lain, tetapi meneladani baginda mestilah dalam seluruh aspek.”
 
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasul Allah itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS Al-Ahzab : 21)
 
Kita hanya memohon kepada Allah agar mengembalikan kemuliaan dan kejayaan untuk umat ini, kerana Dia adalah semulia-mulia Zat yang dimohon dan seutama-utama Zat yang diminta.
Semoga Allah melimpahkan selawat dan salam kepada Sayyidina Muhammadshalallahu ‘alayhi wa sallam , juga kepada seluruh keluarga dan sahabatnya.
Peristiwa bersejarah dalam perjalanan dakwah baginda Sayyidina Rasulillah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang berupa Isra’ Mi’raj, biasa diperingati oleh kaum muslimin pada setiap tanggal 27 Rajab. Padahal yang terpenting bahkan yang penting dari Isra’ Mi’raj dan dari setiap detik sirah yang lain, bukanlah peringatannya melainkan bagaimana dan apa yang perlu dan boleh kita ambil darinya berupa :
a.      ‘Ibrah’ (pengajaran).
b.     Hikmah.
c.      Pelajaran.
d.     Makna.
e.      Misi.
dan seumpamanya bagi keimanan, keislaman, perjuangan dakwah dan kehidupan kita secara umum.
Meskipun telah disepakati di antara seluruh ulama’ Islam sepanjang sejarah akan kebenaran dan kepastian kejadiannya, tapi pada masa yang sama telah berlaku perbezaan dan perselisihan pendapat yang sangat luas dan banyak berkait dengan penentuan waktunya.
 
Bahkan itu tidak hanya tentang hari atau tanggal dan bulannya, melainkan juga terkait dengan tahun berlakunya peristiwa agung dan luar biasa tersebut.
 
Memang semua telah berijma’ bahwa, Isra’ Mi’raj berlaku sebelum hijrah ke Madinah. Namun bila secara tepatnya sebelum hijrah itu, tidak ada yang dapat memastikannya di sini dan jarak perbezaan pandangan para ulama’ sangatlah luas sekali.
 
Mulai dari pendapat bahwa, Isra’ Mi’raj dialami oleh Nabi tercinta shallallahu ‘alaihi wasallam pada tahun pertama baginda diangkat menjadi Nabi dan Rasul (pilihan Imam Ath-Thabari), sampai ada juga mazhab yang mengatakan bahwa ia berlaku satu tahun sebelum peristiwa hijrah, yakni pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 13 Kenabian. Selebihnya ada pendapat-pendapat lain yang mentarjih bahwa Isra’ Mi’raj berlaku pada tahun ke-5 Kenabian (tarjih Imam An Nawawi dan Al Qurthubi), atau pada tanggal 27 Rajab tahun 10 Kenabian (pilihan Al Manshurfuri, ulama’ India), atau pada bulan Ramadhan tahun 12 Kenabian, atau pada Muharram tahun 13 Kenabian, atau mungkin juga masih ada pendapat-pendapat lainnya lagi.
 
Oleh kerana tidak adanya dalil ‘sahih’ (kuat) yang ‘sharih’ (tegas), maka tidak boleh dipilih secara meyakinkan mana di antara pendapat-pendapat di atas yang paling kuat melainkan mungkin hanya boleh ditarjih secara umum dan global sahaja bahwa, Isra’ Mi’raj berlaku sebelum hijrah pada akhir tahun 10 Kenabian atau sesudahnya. Ini adalah kerana Ummul Mu’minin Khadijah radhiyallahu ‘anha wafat pada bulan Ramadhan tahun 10 Kenabian, dan itu sebelum diwajibkannya solat fardhu 5 waktu. Padahal tidak ada perselisihan bahwa, perintah kewajiban solat fardhu tersebut adalah pada malam Isra’ dan Mi’raj!
Jadi sekali lagi, yang terpenting dan bahkan yang penting dari kejadian Isra’ Mi’rajBUKANLAH
1.     Penentuan tanggal, hari, bulan dan tahunnya.
2.     Perayaan dan peringatannya.
Melainkan yang penting dan terpenting adalah ibrah, hikmah, pelajaran, makna, misi dan seumpamanya, yang boleh dan perlu kita ambil darinya, bagi keimanan, keislaman, perjuangan dakwah dan juga kehidupan kita secara umum.
Maka mari kita sentiasa fokus pada aspek-aspek ini ketika menyusuri setiap bahagian peristiwa penting dan saat-saat istimewa dari sirah dan sejarah!
Isra’ Mi’raj merupakan salah satu stesen paling penting dalam sirah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan bahkan dalam perjalanan dakwah Islam sepanjang masa seluruhnya kerana tidak berselang lama selepas peristiwa Isra’ Mi’raj itulah terbentang lebar jalan kemenangan dakwah Islam, dengan berlakunya Bai’atul Aqabah I dan II dengan para pendahulu Islam dari generasi pertama sahabat Anshar, yang akhirnya berbuah kepada hijrah Islam secara total dan menyeluruh dari Makkah ke Madinah.
Isra’ Mi’raj berlaku pada saat bebanan tekanan perjuangan dakwah terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan juga para sahabat telah benar-benar sampai ke kemuncaknya pada zaman Makkiyyah. Khususnya dengan gugurnya dua peribadi terpenting dan terdekat bagi baginda Nabishallallahu ‘alaihi wasallam, yang sekaligus merupakan dua orang penyangga utama dakwah, iaitu isteri tercinta baginda, Ummul Mu’minin Khadijah radhiyallahu ‘anha dan bapa saudara baginda, Abu Talib sehingga tahun 10 Kenabian di ketika mana Khadijahradhiyallahu ‘anha dan Abu Talib wafat secara hampir berdekatan yang dikenali sebagai ‘amul huzn’, yakni tahun kesedihan khususnya bagi Rasul mulia shallallahu ‘alaihi wasallam dan umumnya bagi sahabat setia, radhiyallahu ‘anhum.
Maka waktu dinaikkan ke langit tujuh dan Sidratul Muntaha itu, ibaratnya Nabi tercinta kita shallallahu ‘alaihi wasallam membawa longgokan dan tumpukan seluruh bebanan persoalan kehidupan dan ujian perjuangan dakwah dari muka bumi.
Dan begitu pula baginda shallallahu ‘alaihi wasallam diturunkan kembali dari langit tertinggi ke bumi, dengan antara lain membawa syari’ah solat fardhu lima waktu, semua bebanan masalah itupun terlepaslah sudah.
Jadi hikmahnya, Rasululullah shallallahu ‘alaihi wasallam di-Isra’ Mi’raj-kan, dengan kehendak agung Allah secara langsung bukan oleh keinginan dan rancangan Nabishallallahu ‘alaihi wasallam sendiri, adalah untuk “dihibur” dan sekaligus diberi penyelesaian secara sepenuhnya di atas berbagai bebanan persoalan kehidupan dan permasalahan dakwah di muka bumi.
Maka, ketika ada masalah dan persoalan apapun dalam kehidupan ini, janganlah pernah sekali-kali berfikir untuk mencari dan menemui penyelesaiannya dari bumi semata-mata melainkan adukanlah semua bebanan masalah dan persoalan kehidupan itu kepada Zat Yang di atas dan temuilah jalan penyelesaian pada bentuk dan susunan yang diturunkan dari langit kerana kadang-kadang langkah mencari jalan penyelesaian di bumi pula tidak dapat menyelesaikannya, melainkan justeru hanya akan menambah banyak lagi masalah atau semakin merumitkannya. Soalnya, bumi ini memang dicipta, diadakan dan dikehendaki sebagai tempat berlakunya masalah sedangkan jalan penyelesaian bagi semua itu justeru ada pada apa yang bersumber dari langit, bahkan termasuk rezeki kitapun ada di langit.
Allah Ta’ala berfirman :
“Dan di langitlah terdapat rezekimu, dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang itu adalah benar seperti perkataan yang kamu ucapkan.” (QS Az Zaariyat : 22-23)
Sebagai hadiah utama dari rihlah (perjalanan) dari bumi ke langit yang penuh berkat, ibadah solat juga ibarat mi’raj bagi setiap mu’min untuk menuju, menghadap dan mengadu kepada Allah.
Boleh jadi juga kerana begitu istimewanya cara pensyariatan itulah, maka solat memiliki kedudukan yang sangat istimewa pula di antara seluruh kewajiban fardhu Islam. Di samping penempatannya di urutan kedua selepas dua kalimah syahadah, di antara lima rukun Islam, solat adalah merupakan rukun amal dan ibadah paling penting sebagai ukuran utama dan pertama bagi ketaqwaan serta kesolehan setiap muslim dan sekaligus di masa yang sama juga menjadi benteng terakhir pertahanan keislaman seseorang.
Maka Allah swt pun berfirman :
 
“Jadikanlah sabar dan solat sebagai wasilah penolongmu (dalam segala kepentingan dan urusan). Sungguh solat itu berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’ (baik dalam solat secara khsusus, mahupun dalam hidup secara umum).” (QS Al Baqarah : 45)
 
Sementara itu Rasululullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Kumandangkanlah iqamah wahai Bilal. Dan buatlah kita rehat dengan solat.” (HR Abu Dawud dan lain-lain)
Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :
“Dan dijadikan penyejuk hatiku di dalam solat.” (HR An Nasaa-i dan lain-lain)
Nah, apabila rehat-nya Rasululullahshallallahu ‘alaihi wasallam dan juga ketenteraman serta kesejukan hati baginda adalah justeru di dalam solat, lalu renungannya untuk kita adalah,
“Serehat apa, setenteram apa dan sesejuk apa hati kita saat bermunajat kepada Allah Ta’ala dalam setiap solat kita?”
Sebagai penutup perenungan terhadap Isra’ Mi’raj ini, penting diingatkan bahwa, darjat makam tertinggi seorang hamba di sisi Allah, adalah makam ‘ubudiyah’secara total (penghambaan diri kepada-Nya).
Dengan yang demikianlah, ketika Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam di-Isra’ Mi’raj-kan untuk bertemu, menghadap dan berdialog secara langsung dengan Allah di langit ketujuh dan ‘Sidratul Muntaha’ itu, Rasululullah shallallahu ‘alaihi wasallamjusteru disebut dengan gelaran ‘abdihi’(hamba-Nya) dan tidak dengan gelaran-gelaran pemuliaan dan pengagungan yang lainnya.
Allah Ta’ala berfirman :
“Maha Suci Zat Yang telah memperjalankanHAMBA-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkati sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebahagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al Israa’ : 1)
Dari kuliah pendek Imam Hasan Al Banna di atas tentang Isra’ Miraj kita boleh mengambil dua poin penting.
PERTAMA adalah kembalinya Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam  ke bumi setelah selesai peristiwa tersebut.
KEDUA adalah dibekalkan kepada baginda dengan perintah solat.
Perjalanan singkat yang penuh hikmah tersebut segera berakhir dan dengan segera pula baginda kembali menuju ke alam dunia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sungguh sedar bahwa betapapun nikmatnya berhadapan langsung dengan Yang Maha Kuasa di suatu tempat yang agung nan suci, betapa nikmat menyaksikan dan mengelilingi syurga, tapi kenyataannya baginda memiliki tanggungjawab duniawi. Untuk itu, semua kesenangan dan kenikmatan yang dirasai baginda pada malam tersebut perlu ditinggalkan untuk kembali ke dunia semula bagi meneruskan amanah perjuangan yang masih perlu dipikulnya.
Demikianlah sepatutnya semangat kerohanian seorang muslim, yang sentiasa terkait dengan dunia "atas", namun kenyataannya dunia "bawah" juga merupakan kenyataan yang mesti dilalui.
Menelusuri alam material duniawi adalah sebuah kemestian. Mencari dunia adalah, tidak sahaja tuntutan hajat kemanusiaan, tapi menjadi kewajiban agama sekaligus.
Allah Ta’ala berfirman :
"Dan bekerja keraslah untuk akhiratmu, namun jangan lupa nasibmu di dunia ini",
Bahkan Al-Qur'an, sebagaimana diperintahkan untuk sungguh-sungguh pergi mengingati Allah (fas'au ilaa dzikrillah), dan bahkan diperintahkan mengabaikan"kesibukan jual beli" (wadzarul bae'), juga segera setelah itu disusuli dengan perintah yang berlawanan : "faidzaa qudhiyatis Shalaah fantasyirru fil ardh wabtaghuu min fadhlillah".
Kedua perintah tersebut adalah datang dari Tuhan yang sama dan oleh yang demikian, mesti dihadapi secara sama pula. Ertinya, kewajiban memenuhi ajakan untuk solat Jumaat adalah 100%, memenuhi peraturan-peraturanNya juga 100%. Namun pada saat yang sama, memenuhi ajakan kedua tadi, bertebaran mencari rezeki Allah adalah juga perintah 100% dan juga perlu memenuhi peraturanNya 100%.
Inilah sikap seorang muslim. Kita dituntut untuk turun ke bumi ini dengan membawa bekalan solat yang kukuh. Solat yang berintikan "zikir", dan dengan bekalan zikir inilah kita meneruskan ayunan langkah kaki kita menelusuri lorong-lorong kehidupan menuju kepada keridhaanNya.
"Wadzkurullaha katsiira" (dan ingatlah kepada Allah banyak-banyak), ini merupakan pesanan Allah kepada kita di saat kita bertebaran mencari kurniaan nikmatNya dipermukaan bumi ini persis sepertimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membawa bekalan solat 5 waktu berjalan kembali menuju bumi setelah melakukan serangkaian perjalanan suci ke atas (Mi'raj).
Ya Allah, jadikanlah amal-amal kami di muka bumi ini sebagai buah-buah yang akan memberikan hasil yang lumayan kepada kami di akhirat nanti serta jadikanlah solat kami sebagai ‘mihrab’  di bumi untuk kami meningkatkan kerohanian kami menuju ketinggian ‘samawiah’Mu.
Ameen Ya Rabbal Alameen
Ihsan drp WAS

Saturday, May 17, 2014

Tarif TNB Naik : Bagi SUBSIDI untuk IPP boleh, nak bagi SUBSIDI untuk RAKYAT haram tak boleh..!!

Pemberian subsidi RM136.5 bilion kepada Penjana Tenaga Bebas (IPP) antara 1997 hingga 2011, sewaktu sebahagian subsidi barangan pengguna dihentikan, adalah "berdosa dan tidak dapat dimaafkan", kata Tengku Razaleigh Hamzah.

Bekas menteri kewangan berkata, walaupun subsidi barangan pengguna bukan cara terbaik menangani kos sara hidup yang tinggi, ia masih lagi dapat diterima.


"Perkara yang tidak boleh dimaafkan dan berdosa adalah betapa mudahnya pihak berkuasa memberikan subsidi kepada pembekal tenaga nasional, pembekal tenaga bebas, dan organisasi bukan berkaitan tenaga yang lain.

"Yang menyedihkan adalah sewaktu pembekal tenaga ini berterusan menikmati harga petrol disubsidi, petroleum kepada pengguna - yang didakwa menelan belanja RM14 bilion pada tahun 2011 di pihak kerajaan - dihentikan sebahagiannya baru-baru ini," kata Tengku Razaleigh di ibu kota semalam.

Beliau berkata demikian sewaktu menyampaikan ucapan sempena pelancaran buku Malaysia Kaya Rakyat Miskin tulisan Anas Alam Faizli yang mengulas tentang tenaga, ekonomi, dan sistem pendidikan Malaysia.

Tengku Razaleigh yang lebih mesra sebagai Ku Li itu mengulas pemberian subsidi petroleum oleh kerajaan untuk menyelesaikan masalah rakyat berpendapatan rendah yang sebenarnya tidak mampu untuk membeli bahan bakar itu pada harga pasaran yang sebenar.

Bekas pengerusi Petronas merangkap MP Gua Musang itu turut mengkritik cara kerajaan menguruskan pendapatan badan korporat nasional tersebut.

Memetik statistik daripada buku yang dilancarkannya, Tengku Razaleigh berkata hampir separuh trilion yang telah disumbangkan syarikat itu sejak tahun 1974 sehingga 2011 sepatutnya dimanfaatkan untuk menubuhkan tabung khas program pencen nasional seperti dilakukan sesetengah negara Scandinavia.

Namun beliau kesal apabila sebahagian daripada wang itu sebaliknya digunakan untuk menyelamatkan syarikat berkaitan kerajaan iaitu Bank Bumiputra sebanyak dua kali pada tahun 1985 dan 1991 melibatkan wang sebanyak RM3.5 bilion.

Tambahnya, Petronas juga digunakan untuk menjamin pembinaan Menara Berkembar Petronas sebanyak RM6 bilion dan membina Putrajaya sebanyak RM22 bilion.

"Tindakan bermewah-mewah yang dipaksa ke atas Petronas ini menafikan syarikat ini daripada mengumpul rizab tunai untuk pelaburan semula bagi memastikan kelangsungan perniagaan mereka.

"Adalah penting buat Petronas untuk melihat ke hadapan dalam meneroka pelaburan dalam perniagaan selain minyak dan gas apabila mengambil kira sifat hidrokarbon sebagai sumber yang terhad," katanya.

Namun kini, Petronas digunakan sebagai tabung kecemasan oleh kerajaan apabila ia terdesak memerlukan wang, kata Ku Li lagi. 

Artikel ehsan dari website tranungkite.net

Friday, May 16, 2014

Israk Mikraj: Fakta Releven Yang Perlu Diketahui

"Setelah sebahagian masa berharga ribuan peminat web ini terbazir begitu sahaja kerana melayan-baca kisah berunsur ‘lawak mega’ segelintir pemain politik di bumi penyu bertelur; maka

marilah kita berikan sedikit masa pula kepada suatu yang lebih faedah iaitu melihat kembali fakta-fakta relevan Israk Mikraj yang bakal menjelma pada 27 Rejab, Mei ini.

Inilah fakta Israk Mikraj dari guru kita[1]:-

Maksudnya: Maha Suci Allah, yang Telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsa yang Telah kami berkati sekelilingnya [Maksudnya: Al Masjidil Aqsa dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allah dengan diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya] agar kami perlihatkan kepadanya sebahagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui}. [Surah Al-Isra’: 01]

Penentuan masa berlakunya peristiwa bersejarah ini terdapat sedikit khilaf, antara pendapat-pendapat tersebut ialah: 

1. At-Thabari menentukan berlakunya di tahun Baginda s.a.w dibangkitkan [diutuskan sebagai rasul].

2. An-Nawawi dan al-Qurtubi mentarjihkan berlaku di tahun kelima kebangkitan Baginda s.a.w.

3. Al-‘Allamah al-Mansurfuri menetapkan pada malam 27 di bulan Rejab tahun kesepuluh kebangkitan Baginda s.a.w.

4. Pendapat lain mengatakan 16 bulan sebelum hijrah iaitu di bulan Ramadhan tahun dua belas kebangkitan Baginda s.a.w.

5. Ada pendapat setahun dua bulan sebelum hijrah iaitu di bulan Muharram tahun ketiga belas kebangkitan Rasulullah s.a.w

6. Satu lagi pendapat menyebut berlakunya setahun sebelum hijrah iaitu di bulan Rabiulawal tahun ketiga belas kebangkitan Baginda s.a.w.

Ketiga-tiga pendapat yang terawal [1-3] ditolak kerana Sayyidah Khadijah r.a telah wafat di dalam bulan Ramadhan tahun kesepuluh kebangkitan Baginda, kewafatan beliau adalah sebelum sembahyang lima waktu difardhukan, dan tiada khilaf bahawa sembahyang itu mememang difardhukan di malam berlakunya Isra’ dan Mi’raj itu.

Manakala tiga pendapat terakhir, Dr Basit sendiri tidak dapat mentarjihkan yang mana satu pun. Namun gaya bahasa surah al-Isra’ itu menunjukkan Isra’ itu berlaku di ketika masa-masa yang terakhir sebelum hijrah.

Peristiwa Isra’ Mi’raj berdasarkan hadis sahih”, ringkasannya:

Ibnu al-Qayim telah menyebut: Rasulullah s.a.w relah diisra’kan jasadnya dari masjid al-Haram ke Baitul Maqdis dengan menunggang buraq, dengan ditemani oleh Jibril a.s, Rasulullah s.a.w turun ke Baitul Maqdis dengan mengimami sembahyang, bersama para nabi-nabi a.ss yang terdahulu, buraq ditambat di halaman masjid al-Aqsa.

1. Langit terdekat-1. Setelah itu Rasulullah s.a.w dimi’rajkan di malam yang sama dari Baitul Maqdis ke langit terdekat, lalu Jibril meminta supaya pintu langit dibuka, setelah dibukanya, di sana Rasulullah s.a.w telah melihat Adam a.s bapa sekalian manusia, Baginda pun s.a.w memberi salam kepadanya, Baginda dialu-alukan dan membalas salam dan Baginda s.a.w diperakukan sesuai dengan kenabiannya. Allah SWT memperlihatkan kepada Baginda roh-roh para syuhada’ di sebelah kanan dan roh-roh yang terseksa di sebelah kirinya.

2. Langit Kedua. Jibril a.s meminta supaya dibuka pintu langit, setelah dibuka mereka memasukinya dan di sana didapati nabi Yahya bin Zakaria dan Isa Ibni Mariam a.s, diberinya salam lalu dijawab salam dan dialu-alukan mereka, disamping memperakui kenabian Muhammad s.a.w.

3. Langit Ketiga. Mereka bertemu dengan Nabi Yusof a.s, setelah salam diberikan dan disambut Baginda s.a.w dialu-alukan dan diperakui kenabiannya.

4. Langit Keempat. Mereka berjumpa dengan Nabi Idris a.s. Rasulullah memberi salam kepadanya dan beliau menjawabnya. Baginda s.a.w dialu-alukan dan diakui kenabiannya.

5. Langit Kelima. Baginda s.a.w bertemu dengan Nabi Harun bin Imran a.s, Baginda s.a.w menjawab salam yang diberi, Baginda s.a.w dialu-alukan dan diakui kenabiannya.

6. Langit Keenam. Baginda s.a.w bertemu dengan Musa bin Imran a.s, Baginda s.a.w memberi salam dan dijawab serta dialu-alukan dan diperakui kenabiannya. Setelah Rasulullah s.a.w ingin bertolak dari tempat Musa a.s, Musa pun menangis, lalu di tanya Musa a.s apakah yang membuatmu menangis? Jawab Musa a.s: aku menangis kerana orang yang diutuskan selepas ku, umatnya memasuki syurga lebih ramai dari umatku

7. Langit Ketujuh, padanya Baginda s.a.w menemui Ibrahim a.s, setelah salam diberi dan dijawab, Baginda s.a.w dialu-alukan dan diakui kenabiannya. Sesudah itu Baginda s.a.w dimi’rajkan ke Sidratul Muntaha dan dibawa ke al-Baitul Makmur.

8. Akhirnya, Baginda s.a.w dimi’rajkan ke hadapan Allah al-Jabbar Jalla Jalaluh, Baginda s.a.w menghampiri-Nya di kedudukan paling dekat, maka difirman dan diwahyukan kepada hamba-Nya Muhammad s.a.w segala sesuatu, difardhukan ke atas Baginda s.a.w solat 50 waktu, dengan itu Baginda s.a.w pun turunlah untuk pulang dan dipertengahan jalan Baginda s.a.w melalui Musa bin Imran a.s yang bertanyakan kepada Rasulullah s.a.w: dengan apa engkau diperintahkan? Jawab Baginda s.a.w: Daku difardhukan dengan 50 waktu solat. Jawab Musa a.s: Umat kau tidak akan mampu, kembalilah kepada Tuhan SAW, pohon kepadanya pengurangan, demi untuk umatmu, Baginda s.a.w berpaling kepada Jibril a.s bagaikan untuk mendapat pandangan maka Jibril a.s pun memberi persetujuan dengan pendapat Musa a.s itu, dengan itu Jibril a.s membawa semula kehadapan Tuhan Rabbul Jalil, justeru itu Allah SWT pun mengurangkan sehingga tinggal 10 waktu sahaja, maka Baginda s.a.w turun, semasa itu sekali lagi Baginda s.a.w melewati Musa a.s, Baginda s.a.w menceritakan apa yang berlaku, maka kata Musa a.s sekali lagi sebagai menasihati, ayuh pulanglah semula kepada Tuhanmu SWT dan mintalah agar dikurangkan lagi, demikianlah Rasulullah s.a.w berulang–alik di antara Allah Rabbul Jalil dan Musa a.s, dengan itu Allah SWT telah mengurangkan, hingga tinggal menjadi 5 waktu solat sahaja, masih lagi Musa a.s menyuruh Rasulullah s.a.w mengatakan: Sesungguhnya aku terasa malu, malah setakat inilah aku merelai dan menerima perintah-Nya itu, setelah jauh, Baginda s.a.w diseru: Sesungguhnya Aku menguatkuasakan solat fardu dan Kuringankan keatas hamba-hamba-Ku.

Peristiwa Isra’ Mi’raj. Baginda s.a.w menyaksikan berbagai-bagai perkara:

1. Telah dipersembahkan kepada Baginda s.a.w susu dan khamar, namun Baginda s.a.w memilih susu, maka disebutkan kepada Baginda s.a.w: Engkau telah menunjukkan kepada fitrah atau telah menepati fitrah, tapi sekiranya engkau mengambil khamar nescaya sesatlah seluruh umatmu.

2. Baginda telah menemui empat sungai di dalam syurga, dua sungai zahir dan dua sungai batin. Dua sungai zahir adalah sungai Nil dan Furat, ini bermakna agama dan risalah yang dibawanya akan bertapak di lembah-lembah subur Nil dan Furat, penduduknya merupakan pendokong-pendokong agama Islam dari generasi ke generasi yang lain, bukanlah bererti yang airnya mengalir dari syurga.

3. Juga Baginda s.a.w melihat malaikat Malik penjaga neraka, yang tidak pernah senyum malah di mukanya tiada sedikit pun tanda mesra atau lembut, Baginda s.a.w melihat syurga dan neraka.

4. Baginda menyaksikan pemakan-pemakan harta anak yatim secara zalim, mulut-mulut mereka bak mulut-mulut unta, dilontarkan ke dalam rahang mulut mereka ketulan-ketulan api neraka bak harimau meluru keluar dari dasar neraka keluar melalui dubur mereka.

5. Baginda menyaksikan pemakan-pemakan riba dengan perut yang besar, kerananya mereka tidak berupaya bergerak dari tempat-tempat mereka, dan keluarga Firaun lalu di hadapan mereka dan melanyak mereka dengan tapak kaki.

6. Penzina-penzina diletakkan di hadapan mereka daging-daging elok dan segar di samping daging buruk dan busuk, namun mereka memilih dan memakan yang busuk, ditinggalkannya yang segar. Baginda s.a.w menyaksikan sekumpulan wanita yang masuk ke dalam majlis lelaki yang bukan anak-anak mereka, mereka digantung dari (menggunakan) payudara-payudara mereka.

7. Juga Baginda s.a.w melihat sekumpulan unta penduduk Makkah yang sedang dalam perjalanan. Pada masa itu Baginda s.a.w telah menunjukkan mereka unta yang mereka hilang itu, dan Baginda s.a.w telah meminum air dari bekas-bekas mereka yang tertutup kemas sedang mereka nyenyak tidur. Selepas habis diminum, Baginda s.a.w menutup kembali tudungnya, kejadian ini menjadi bukti kebenaran kepada peristiwa Isra’ Mi’raj yang diceritakan oleh Rasulullah s.a.w.

Ibnu al-Qayim berkata: Setelah Rasulullah s.a.w berada di pagi subuh bersama-sama kaumnya dan menceritakan kepada mereka tanda-tanda yang agung (al-Ayat al-Kubra) yang diperlihatkan Allah SWT dan Rasul-Nya, maka semakin ingkar kafir Quraisy dengan risalah Muhammad s.a.w, semakin bengis lagi mereka menyiksa kaum Muslimin. Namun demikian, mahu juga mereka bertanya Rasulullah s.a.w supaya menggambarkan rupa bentuk Baitul Maqdis, maka Allah membuka penglihatan Rasulullah s.a.w sehingga tergambar Baitul Maqdis itu di hadapan matanya, dengan itu Rasulullah s.a.w pun menceritakan segala sesuatu mengenai dengannya hingga mereka tidak mampu untuk menolak atau mendustainya, dan Baginda s.a.w menceritakan juga mengenai kumpulan-kumpulan unta mereka, semasa pemergian dan kepulangan Baginda s.a.w, juga Baginda s.a.w menceritakan unta-unta yang akan tiba dan menyifatkan unta yang akan mendahului kafilahnya, dan benar sebagai yang diceritakan oleh Rasulullah s.a.w namun mereka semakin angkuh dan ingkar, memang sesungguhnya orang yang zalim itu semakin kufurlah mereka.

Adapun Abu Bakar r.a digelar dengan gelaran as-Siddiq kerana pembenaran dan kepercayaan beliau dengan peristiwa Isra’ dan Mi’raj, sedangkan ramai manusia mendustainya. {untuk memperlihatkan kepadanya tanda-tanda (kekuasaan dan kebesaran) Kami}. [al-Isra’ : 1]

Ini adalah sunnah dan qanun Rasulullah kepada para anbiya’ Nya, sebagaimana penegasan Allah kepada Ibrahim a.s. “…dan demikian Kami memperlihatkan kepada Nabi Ibrahim kebesaran dan kekuasaan (Kami) di langit dan di bumi, dan supaya menjadilah ia dari orang yang percaya dengan sepenuh-penuh yakin” (al-An’aam: 75).

Dan penegasan Allah SWT kepada Musa a.s. “….(Berlakunya yang demikian itu) kerana kami hendak memperlihatkan kepadamu, sebahagian daripada tanda-tanda kekuasaan kami yang besar.” (Thaha: 23)

Penyusunan program Isra’ Mi’raj ini bertujuan untuk memberi keyakinan:

…dan supaya jadilah ia dari orang yang percaya dengan sepenuh-penuh yakin”. (al-An’am : 75)

Setelah ilmu dan makrifat para nabi ini berdasarkan penyaksian tanda-tanda agung (al-Ayat al-Kubra) tadi, darinya mereka memperolehi ‘Ain al-Yakin (yakin hakiki) yang tidak dapat dinilai kadarnya, kerana berita pengkhabaran itu tidak boleh disamakan dengan penyaksian dua mata kepala, hasilnya mereka lebih mampu untuk menanggung risiko dakwah yang bakal mereka garap dan tempuhi, seluruh tenaga dunia yang menentang mereka hanya seberat nyamuk sahaja, untuk itu mereka tidak menghiraukan segala pancaroba dan ancaman terhadap mereka.

Teks Khutbah sempena Isra' Mikraj: Membebaskan Baitul Maqdis[2]

Memperingati peristiwa Isra’ Mikraj bererti memperingati perjuangan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan satu misi yang mengambil masa selama 23 tahun. Seerah ataupun perjalanan hidup Rasulullah SAW ini merupakan khazanah yang tidak ternilai...

Memperingati peristiwa Isra’ Mikraj bererti memperingati perjuangan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan satu misi yang mengambil masa selama 23 tahun. Seerah ataupun perjalanan hidup Rasulullah SAW ini merupakan khazanah yang tidak ternilai kepada umat Islam yang melaksanakan misi yang telah diwariskan kepada umat yang datang kemudian. Ini ditegaskan di dalam khutbah wida' (haji perpisahan) ketika Nabi berpesan 'hendaklah mereka yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir agar yang tidak hadir lebih memahami. Mereka yang tidak hadir itu ialah umat Islam yang datang silih berganti dari satu generasi kepada satu generasi dan mereka semua dituntut untuk memahami tugas yang diamanahkan kepada mereka iaitu menyeru kepada al-khair (Islam), menyuruh kepada ma'ruf dan menghalang dari kemungkaran. Inilah misi besar yang ditaklifkan ke atas umat Islam sepanjang zaman.

Peristiwa Isra’ Mikraj pastinya berkait rapat dengan tanah suci al-Quds di Palestin. Sudah tentu peristiwa besar yang dialami Rasulullah SAW ini sangat relevan di dalam memahami tuntutan perjuangan membebaskan Baitul Maqdis dan Masjid al-Aqsa yang merupakan tempat singgahnya Nabi dalam perjalanan Isra’ Mikraj yang penuh baroqah. Dalam konteks ini kita dapati banyak persamaan di antara peristiwa yang berlaku pada hari ini dengan apa yang dilalui oleh Rasulullah SAW sendiri. Rakyat Palestin pada hari ini ditindas dan dizalimi oleh Zionis Israel. Mereka dikenakan sekatan perjalanan, penyingkiran dari tanah-tanah milik mereka, kepungan oleh tembok-tembok pemisah dan terakhir sekatan ekonomi dan penutupan laluan darat, udara dan laut di Gaza.

Semua bentuk kezaliman dan penindasan ini pernah ditimpakan ke atas Rasulullah SAW dan komuniti mukmin oleh orang-orang Quraish. Bahkan seluruh Bani Hasyim dan Bani Abu Talib yang mempunyai hubungan keluarga dengan Rasulullah SAW diboikot samada mereka Muslim atau sebaliknya. Ini bererti sesiapa juga yang menyokong atau melindungi Rasulullah SAW walaupun mereka bukan dari kalangan umat Islam turut menerima akibat dan dipulau sama.

Seluruh penduduk Mekah membuat perjanjian untuk memboikot, memulau, tidak bersilaturrahim, tidak berjual beli, tidak berkahwin dengan mereka. Selama tiga tahun lamanya mereka dipinggirkan di Shiib (lembah) Abi Talib. Keadaan menjadi begitu genting sehingga anak-anak menangis kelaparan pada waktu malam dan mereka terpaksa mengalas perut dengan kulit unta dan kulit-kulit kayu. Rasulullah SAW dikhianati dan dianiaya oleh penduduk Mekah termasuk bapa saudara Nabi sendiri iaitu Abu Lahab.

Apabila kita bandingkan dengan apa yang berlaku pada hari ini maka kita akan dilihat persamaan yang amat ketara. Bukan sahaja rakyat Palestin dikepung dan dipulau oleh masyarakat antarabangsa yang didalangi oleh Amerika Syarikat, Kesatuan Eropah, Rusia dan PBB bahkan mereka dikhianati oleh pemimpin-pemimpin Arab. Dalam keadaan rakyat Gaza diserang bertalu-talu oleh Zionis Israel, pemimpin-pemimpin Arab bersekongkol menyokong serangan ini dan menghalang bantuan dari menyeberang masuk ke Gaza.

Semua drama yang pahit ini telah kita saksikan di Gaza. Anak-anak merintih kelaparan pada waktu malam sehingga ibu-ibu mengutip rumput di jalanan untuk direbus dan mengalas perut anak-anak mereka. Ini jugalah yang dialami oleh Rasulullah SAW. Dek kerana tidak tertahan mendengar rintihan anak-anak maka ada di kalangan orang-orang Quraish yang tidak sampai hati dan menyusup pada waktu malam untuk menghantar makanan. Kini rakyat Gaza merintih tetapi bantuan dihalang memasuki Gaza.

Kita perhatikan sikap pemimpin-pemimpin Arab yang serupa dengan sikap pemimpin Quraish termasuk Abu Lahab yang merupakan keluarga Rasulullah SAW sendiri. Kita telah melihat bagaimana Hosni Mubarak, pemerintah Arab Saudi, Raja Jordan bahkan
Presiden Mahmud Abbas (Pihak Berkuasa Palestin) sendiri merestui serangan ke atas Gaza, melantik kontraktor Mesir untuk membekalkan makanan kepada askar Israel dan mengenakan pelbagai syarat tidak menasabah sehingga menghalang bantuan untuk menyeberang ke Gaza.

Namun seerah menunjukkan pemulauan ke atas Rasulullah SAW adalah merupakan siri-siri awal kepada kemenangan yang bakal ditempa oleh umat Islam. Boikot ini berakhir setelah tiga tahun dan diikuti pula dengan pelbagai bentuk penderitaan yang terpaksa ditanggung oleh Rasulullah SAW. Ini termasuklah kematian Abu Talib dan isteri tercinta, Sy Khadijah RA yang merupakan tonggak utama kepada Rasulullah SAW. Ini disusuli dengan peristiwa menyayat hati apabila Rasulullah diusir dari Taif dan dilontar dengan batu. Dalam saat-saat yang amat menekan inilah Rasulullah SAW dikurniakan mukjizat yang amat besar iaitu peristiwa Isra' dan Mikraj. Dalam peristiwa bersejarah ini Nabi singgah di Masjid Al-Aqsa sebelum meneruskan mikraj ke Sidratul Muntaha.

Maha Suci Allah yang memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari masjidil Haram ke Masjid Al-Aqsa yang telah Kami berkati sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebahagian daripada tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. - Al-Isra’ 1

Perjalanan ini punya makna yang sangat simbolik dalam perjuangan Palestin pada hari ini. Selepas peristiwa Isra' dan Mikraj bermulalah pertemuan dengan penduduk Yathrib yang membawa kepada perjanjian Aqabah I dan II yang disusuli dengan hijrah dan pemasyuran Yathrib sebagai Kota Madinatul Nabi. Bermula dari saat itu kemenangan demi kemenangan ditempa sehingga cahaya Islam memancar ke seluruh u***** timur dan barat. Kesemua ini menunjukkan kepada kita bahawa kemanangan bakal datang setelah pelbagai ujian dan mehnah dilalui oleh umat Islam di Palestin.

Peristiwa Isra’ dan Mikraj juga mengingatkan kita kepada gambaran-gambaran akhir zaman yang telahpun dinyatakan oleh Rasulullah SAW. Beriman dengan Rasul bererti beriman dan meyakini dengan berita-berita ghaib yang disampaikan oleh baginda, samada menyangkut tentang peristiwa masa depan apatah lagi tentang hari Qiamat. Berkaitan tentang peristiwa masa depan yang bersangkutan dengan Palestin, terdapat begitu banyak perkhabaran-perkhabaran yang disampaikan oleh Nabi.

Sepatutnya perkhabaran-perkhabaran ini menguatkan azam dan keyakinan umat Islam tentang jihad yang sedang berlaku di Palestin. Malangnya umat Islam pada hari hilang punca apabila berhadapan dengan isu Palestin. Sebabnya ialah kita tidak lagi menggunakan neraca iman dalam menilai perjuangan Palestin. Sebaliknya kita menggunakan penilaian kebendaan dan seringkali menyalahkan rakyat Palestin tanpa melakukan apa-apa untuk membantu mereka. Walhal apa yang saksikan pada hari ini telahpun digambarkan oleh Rasulullah SAW.

Nahik Ibn Suraym al-Sakuni r.a. menyampaikan dari Rasulullah SAW, Baginda bersabda, “Kamu akan memerangi golongan kafir sehingga yang tinggal akan berperang di Sungai Jordan, kamu berada di sebelah timur (Jordan pada hari ini) dan mereka berada di sebelah baratnya (Tebing Barat – Palestin yang dijajah Israel).” - Ibnu Hajar al-Asqalani.

Rasulullah SAW bersabda berhubung dengan penduduk tanah suci al-Quds, “Mereka dan isteri-isteri mereka, anak-anak dan hamba sahaya mereka berada dalam ribat (kubu) di jalan Allah.” - Al-Tabarani.

Masjid al-Aqsa pasti akan dibebaskan. Sama ada umat Islam peduli atau tidak tentang keadaan Masjid al-Aqsa yang terkepung pada hari ini. Hakikatnya mereka yang berjihad untuk melindungi dan mempertahankan tanah suci akan dimuliakan oleh Allah dan mereka akan dijanjikan kemenangan. Sedang mereka yang tidak mengambil bahagian di dalam jihad yang merupakan kewajipan setiap umat Islam ini pastilah akan rugi dengan kerugian yang tak mungkin dapat ditaksir di dunia dan di akhirat. Semoga Allah membuka hati kita dan memilih kita untuk berada di dalam saf umat Islam yang berjihad untuk membebaskan masjid al-Aqsa.

Muawiyah bin Abu Sufyan menyampaikan Rasulullah SAW bersabda, “Akan ada di kalangan umatku yang akan terus berada di atas jalan kebenaran. Tiada sesiapa yang menentang mereka dapat menyakiti mereka sehingga tiba hari kiamat”, Para sahabat bertanya, “Di mana mereka ya Rasulullah?” Rasulullah SAW jawab, “Mereka berada di Baitul Maqdis dan di sekitar Baitul Maqdis.”

Hari ini kita menyaksikan cahaya kemenangan sudah mulai kelihatan. Amat benarlah janji Allah. Kepalsuan tidak dapat dipertahan dan pasti musnah. Hakikat ini sedang kita saksikan pada hari ini. Rejim-rejim Arab yang melindungi Israel ditumbangkan satu demi satu. Masyarakat antarabangsa terutama dari Barat kini berada di barisan hadapan membela rakyat Palestin bahkan bersedia untuk berkorban apa sahaja untuk membantu rakyat Gaza yang terkepung. Semua ini adalah bukti bahawa perjuangan untuk pembebasan Tanah Suci pastinya akan mendapat pembelaan berterusan dari Allah sehingga kejayaan dicapai sepenuhnya.


[1] Abu Anas Madani http://www.abuanasmadani.com/

Prof Madya Dr Hafidzi Mohd Noor, Pengerusi Aqsa Syarif1 Julai 2011"